Sabtu, 17 September 2011

Sepuluh Hektar Lahan Pertanian Kering

Senin, 12 September 2011

BANTUL (KRjogja.com) - Seluas sepuluh hektare lahan pertanian di Dusun Sanan Sari, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul mengalami kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan. Lahan tersebut tersebar di sejumlah pertanian yang masuk dalam wilayah Desa Srimartani dan tidak sedikit lahan yang sebelumnya ditanami padi terpaksa mati akibat kekeringan.

"Kami juga mendapat laporan ada sawah milik warga yang tanaman padinya baru berumur 40 hari sudah dibabat habis karena tidak ada air untuk irigasi, untuk selanjutnya dijadikan pakan ternak," kata Kepala Dusun Sanan Sari, Srimartani, Piyungan, Bantul, Mugiman di Bantul, Senin (12/9).

Ia mengatakan, akibat musim kemarau yang mengakibatkan lahan pertanian di daerah ini kekeringan saat ini terpaksa dibiarkan, sehingga bagi warga yang bertani tidak dapat melanjutkan. "Hanya ada beberapa yang ditanami palawija, seperti jagung, namun tidak banyak dan hanya sebagian yang menurut warga ada air untuk irigasi," katanya.

Sementara itu, ketua RT 3 Dusun Sanan Sari, Najiyo mengatakan, pihaknya mengaku, lahan pertanian milik warga setempat kekeringan, sehingga tidak dapat ditanami baik padi maupun palawija. "Dari sebanyak 57 kepala keluarga (KK) di wilayah RT 3 ini sebagian besar memiliki lahan berkisar 100 hingga 200 meter persegi, namun sejak musim kemarau ini tidak dapat ditanami," katanya.

Ia mengatakan, bahkan lahan miliknya yang seluas 200 meter persegi tersebut sebelumnya telah ada tanaman jagung dan kedelai namun akibat kemarau ini tidak dapat menuai hasil atau gagal panen. "Tanaman yang ada terpaksa saya berikan ternak sapi, meskipun gagal panen namun setidaknya saya dapat memberi ternak tidak harus membeli, padahal kalau beli jauh lokasinya," katanya.

Ia mengatakan, di sisi lain lahan warga kekeringan namun sebagian warga di daerah ini diuntungkan karena paling tidak setiap KK memiliki seekor ternak sapi, karena dari sebanyak 75 KK terdapat sebanyak 45 ekor sapi.

Bappeda Terima Peta Geologi Baru, Kawasan Larangan Hunian untuk Pertanian


SLEMAN (KRjogja.com) - Badan Perencanan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sleman menerima peta geologi terbaru pemanfaatan kawasan lereng Merapi pascaerupsi lalu dan kawasan larangan hunian hanya diperbolehkan untuk pertanian dan wisata khusus.

Kabid Perencanaan Pembangunan Pedesaan Bappeda Sleman, Dwi Ananta Sudibyo menjelaskan, kawasan yang masuk dalam larangan hunian harus dikosongkan dan tidak boleh ada hunian tetap kecuali wisata minat khusus, pertanian atau perkebunan.

"Sesuai peta dari Kementerian ESDM, Kami melarang pembangunan infrastruktur sosial atau sarama penunjang lainnya. Keputusan ini sudah menjadi kebijakan pusat yang ditandatangani oleh tiga Kemenerian berbeda," katanya di Kompleks Pemda Sleman, Kamis (15/9).

Dwi menjelaskan kawasan larangan hunian masih tetap di 9 dusun di lereng Merapi yaitu Dusun Pelemsari dan Pangukrejo (Desa Umbulharjo), Dusun Kaliadem, Jambu, Kopeng dan Petung (Desa Kepuharjo) serta Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen (Desa Glagaharjo). Karena itu, bangunan SD Srunen lama tidak boleh difungsikan karena termasuk kawasan larangan dan harus dipindah.

"Jika Pemkab memaksakan pembangunan infrastruktur di lokasi bahaya bisa dikenai sanksi berupa pidana maksimal lima tahun penjara atau denda Rp 500 juta. Bahkan, Kepala Daera bisa diberhentikan secara tidak hormat," tandasnya. (Dhi)

Rabu, 14 September 2011

Abrasi Pantai Baron, Mengancam Wisatawan


WONOSARI (KRjogja.com) - Terjadinya gelombang pasang yang menerjang laut selatan dan berakibat timbulnya abrasi besar-besaran di sepanjang pantai, menjadi ancaman serius para wisatawan saat lebaran. Bahkan setelah abrasi terjadi, membuat beberapa fasilitas pedagang dan nelayan mengalami rusak dan terjadi penurunan omzet penjualan dan penghasilan.

“Kami mengusulkan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pemkab Gunungkidul untuk dilakukan musyawarah bersama, sehingga Pantai Baron tetap menjadi primadona wisatawan. Dalam tahap awal ini paling mendesak membereskan beberapa perahu nelayan yang sudah tidak layak pakai untuk dipindahkan ke tempat lain. Selain itu pada tiga hari menjelang lebaran nanti warga akan melakukan kerja bakti,” ungkap Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Baron, Hadi Supomo, Selasa (23/8).

Sedang untuk mengurangi tingkat kemacetan pada saat lebaran mendatang, pihaknya akan memanfaatkan parkir alternatif di lahan pertanian, yang sudah tidak ditanami lagi. (Bmp)


Selasa, 23 Agustus 2011

Budidaya Kayu di Gunungkidul Masih Rendah

WONOSARI (KRjogja.com) - Kayu jati merupakan satu jenis kayu paling berharga di Indonesia. Namun pengembangan kayu jati masih menghadapi beberapa hambatan diantaranya rendahnya kualitas kayu akibat budidaya dan kurang, juga masalah permodalan untuk berinvestasi.

“Akses informasi pasar juga masih terbatas, sehingga menyebabkan harga kayu jati rakyat jauh di bawah harga pasar,” kata Ir Dede Rohadi MSc di acara pamitan dan serah terima hasil penelitian 'Peningkatan Manfaat Ekonomis Usaha hutan Rakyat Jati dalam Sistem Agroforestry di Indonesia' di ruang rapat I Pemkab Gunungkidul, Jumat (9/9).

Penelitian yang dipimpin Ir Dede selama Juli 2007 hingga Juni 2011 diantaranya melibatkan Centre of International Forestry Research (CIFOR), International for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Badan Litbang Kementrian Kehutanan RI serta Pokja Hutan Lestari Kabupaten Gunungkidul.

Dikatakan, penelitian juga telah memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah dengan melakukan berbagai kegiatan partisipatif, yakni dengan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam penerapan silvikutur atau sistem budidaya yang lebih baik. “Kedepan terkait surat menyurat pada komoditas kayu jati juga perlu disederhanakan, petani juga perlu diberikan insentif dalam pengembangan usaha kayu jati rakyat,” imbuhnya.

Wakil Bupati Gunungkidul Drs Immawan Wahyudi SH MH mengungkapkan, hasil penelitian yang telah berjalan hendaknya bisa dijadikan pedoman ataupun pegangan. Agar pengelolaan usaha hutan jati rakyat di Gunungkidul meningkat dari segi kualitas dan bisa memiliki pemasaran yang semakin luas.

“Pengelolaan usaha hutan jati rakyat juga menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga memerlukan peningkatakn baik dalam pengelolaan, sehingga memilki nilai ekonomi yang tinggi,” jelasnya. (R-2)


Jumat, 09 September 2011

Kekeringan di GK Terus Meluas


GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Kekeringan yang terus melanda Kabupaten Gunung Kidul, selama musim kemarau 2011 meluas dari 163 menjadi 171 dusun di sejumlah kecamatan.

Kepala Seksi Bantuan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Gunung Kidul Irfan Ratnadi, di Wonosari, mengatakan, kekeringan meluas karena warga yang mengajukan bantuan air bersih bertambah, yakni ribuan warga yang tinggal di 163 dusun menjadi 171 dusun.

Menurut dia, warga yang mengajukan permohonan penyaluran air tersebar di dua dusun yang terletak di Desa Girisekar, dua dusun di Desa Girisubo Kecamatan Panggang, dan dua dusun di Kecamatan Ngawen.

"Kecamatan Panggang dan Ngawen masuk sebagai wilayah yang paling parah dilanda kekeringan. Ribuan warga dari dua kecamatan itu awal September ini mengajukan penyaluran air bersih," katanya, Kamis (8/9).

Dinsosnakertrans, kata dia, akan segera menyalurkan air bersih pada awal September ini untuk memenuhi permohonan masyarakat setempat.

"Warga yang membutuhkan air bersih pada September ini semakin banyak sehingga kami akan siapkan jadwal penyaluran secara bergilirian ke dusun-dusun tersebut," katanya.

Dia mengatakan Dinsosnakertrans akan menyalurkan sebanyak 5.000 liter untuk setiap RT di wilayah yang dilanda kekeringan sesuai dengan jadwal yang ada.

"Penyaluran air akan dilakukan secara bergiliran setiap tiga hingga empat hari sekali di setiap RT mengikuti jadwal," katanya.

Ia mengatakan, pada awalnya pihaknya hanya menyiapkan 15 tahapan jadwal penyaluran air hingga Agustus.

Namun, kekeringan yang terus mendera warga di kabupaten ini membuat Dinsosnakertrans menambah jadwal penyaluran air hingga musim kemarau berakhir.

Dia mengatakan wilayah kekeringan terparah selama ini melanda Kecamatan Girisubo, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Nglipar, Semin, Ngawen, dan Panggang.

Sebelumnya, menurut dia, wilayah yang dilanda kekeringan di kabupaten ini meluas ketimbang tahun lalu, yakni dari 11 menjadi 15 kecamatan.

Wilayah kekeringan meluas, kata dia, karena sejumlah mata air selama musim kemarau menghilang. Sebagian besar mata air di Kabupaten Gunung Kidul muncul di tempat lain karena pengaruh gempa bumi 2006.

Irfan mencontohkan mata air yang muncul dari permukaan di Desa Candirejo, Bulurejo Kecamatan Semin berpindah ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Selain Kecamatan Semin, krisis air juga mulai terjadi di kecamatan Patuk karena persediaan air dari tempat penampungan air hujan semakin menipis.
(Ant/Yan)


Kamis, 08 September 2011

6 Pejabat Gunungkidul Dapat Mobil Baru


WONOSARI (KRjogja.com) – Sejumlah pejabat dilingkungan Pemkab Gunungkidul dipastikan akan memperoleh mobil dinas baru. Total enam unit mobil dinas diberikan kepada pejabat pemkab diantaranya 2 mobil Toyota Avansa, 2 buah Daihatsu Terios serta 2 mobil Kijang inova seri G untuk tamu yang berkunjung di Kabupaten Gunungkidul.

Ketua DPRD Gunungkidul Ratno Pintoyo S Sos ketika dihubungi membenarkan sudah memberikan persetujuan pengadaan 6 unit mobil dinas tersebut. Dalam keputusan bersama antara pemkab Gunungkidul dan DPRD,nominal anggaran yang digunakan adalah Rp 1,6 miliar.

Selain itu juga kendaraan operasional untuk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) yang masih berada di karoseri. Sebagaimana dikatakan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Gunungkidul, Purwanto Hadi, pembelian mobil ini untuk menambah pelayanan bagi masyarakat, dan sesuai dengan kebutuhan pemkab. Untuk pembelian kendaraan dinas ini, pihak Pemkab menelan anggaran sebesar Rp 1,4 miliar. “Dananya masih berada di bawah plafon anggaran yang diajukan sebesar Rp 1,6 miliar,” katanya. (Bmp)


Jumat, 09 September 2011

Terminal Selang Siap Tampung 80 Pedagang


GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menyiapkan 80 kios dan los untuk menampung pedagang di terminal baru tipe A di Desa Selang, Kecamatan Wonosari. Kios yang disiapkan untuk pedagang di terminal baru tersebut menyesuaikan dengan jenis barang dagangan dan kebutuhan pedagang.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Gunungkidul, Sumaryoto mengatakan, pemkab telah membuat konsep penataan kios dan los sesuai dengan perencanaan awal, yakni disesuaikan dengan jenis usaha pedagang. "Pemkab telah mempertimbangkan desain teknis bangunan kios dan los untuk keperluan penataan pedagang di terminal baru," katanya di Wonosari, Selasa (13/9).

Dia mengatakan, dari hasil pendataan Dishubkominfo belum lama ini menunjukkan jumlah pedagang di terminal lama mencapai 80 orang. Mayoritas pedagang itu, kata dia, merupakan agen penjualan tiket bus yang memadati kawasan dalam terminal.

Menurut dia, penataan pedagang di terminal lama Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari selama ini tidak sesuai konsep. Para pedagang yang mayoritas merupakan agen bus, kata dia, ditempatkan di ruang tunggu penumpang di dalam terminal.

Dia mengatakan, penataan terminal lama tidak layak karena tidak menggunakan konsep penataan terminal yang sesuai dengan standar, salah satunya adalah menempatkan pedagang di ruang tunggu penumpang. "Penataan terminal lama tidak sesuai fungsi. Sebab, sebelum dikelola Dishubkominfo, terminal lama itu berorientasi pada penerimaan PAD," katanya.

Ia mengatakan, di terminal baru ini, pihaknya berharap pedagang mendapatkan tempat yang lebih layak dengan konsep penataan yang lebih baik. Menurut Sumaryoto, pemkab saat ini belum membahas rencana relokasi pedagang karena masih fokus pada penyelesaian pembangunan fisik terminal baru.

Sebelumnya, dia mengatakan pembangunan terminal baru Dhaksinarga pada lahan seluas lima hektare telah menghabiskan biaya sebesar Rp37 miliar, yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY dan APBD Pemkab Gunung Kidul. "Untuk menyelesaikan 100 persen pembangunan fisik terminal membutuhkan anggaran sekitar Rp45 miliar," katanya.

Pemkab, kata dia, mulai membangun terminal baru sejak 2007 dan pada awalnya ditargetkan mulai beroperasi pada 2011. Namun, dalam perjalanannya, kata dia, pemkab harus menyempurnakan pembangunan fisik terminal baru tersebut.

Dia mengatakan, tujuan pembangunan terminal baru adalah menyediakan fasilitas umum yang lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kabupaten ini. Pemkab, kata dia, berharap pembangunan fisik terminal ini selesai pada akhir tahun ini sehingga terminal bisa mulai beroperasi pada 2012. (Ant/Van)


Selasa, 13 September 2011

Sosialisasi Jalur Trayek Angkudes Dilakukan Desember


GUNUNGKIDUL (KRjogja.com) - Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Kabupaten Gunung Kidul, akan melakukan sosialisasi jalur trayek angkutan perdesaan dan perkotaan kepada para pengusaha angkutan pada akhir 2011.

Kepala Bidang Transportasi Darat Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Gunung Kidul Samsudin Effendi, di Wonosari, mengatakan pihaknya akan bekerjasama dengan Organda dan pengusaha angkutan terkait pengubahan jalur trayek agar tidak muncul persoalan saat terminal baru mulai beroperasi.

Kesiapan jalur trayek angkutan, kata dia, menjadi salah satu syarat pengajuan ijin operasional terminal baru pada Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Perhubungan.

Dia mengatakan Dishubkominfo akan melakukan sosialisasi jika pembangunan fisik terminal selesai 100 persen.

"Pemkab kini sedang fokus menyelesaikan pembangunan fisik sehingga kami menjadwalkan sosialisasi pada akhir 2011," katanya, Selasa (13/9).

Menurut dia, penyelesaian pembangunan fisik saat ini hampir mendekati 100 persen.

Beberapa penyelesaian pembangunan fisik itu, kata dia meliputi, pembangunan jalur keluar angkutan, pembuatan pagar.

Ia mengatakan sejumlah jalur trayek yang akan diubah, beberapa diantaranya meliputi jalur Baran-Rongkop, Baron-Simpang empat Karangrejek, Siyono-terminal baru.

Menurut dia, pengubahan jalur trayek hanya diperuntukkan bagi angkutan perdesaan dan angkutan perkotaan.

Sedangkan, untuk jalur trayek bus AKAP dan AKDP, kata dia, tidak diubah.

"Untuk bus AKAP dan AKDP tetap melewati jalur lingkar dan tidak mengalami perubahan jalur trayek," katanya.

Pengubahan jalur trayek, kata dia, bertujuan untuk memberikan kemudahan layanan transportasi lokal bagi warga.

Kebijakan pengubahan jalur trayek, katanya, akan diberlakukan saat Terminal baru Dhaksinarga tipe A di Desa Selang, Kecamatan Wonosari beroperasi.

Ia mengatakan Dishubkominfo kini sedang menyiapkan jaringan agar pengubahan jalur trayek tersebut berjalan lancar.

Sebelumnya, Pemkab Gunung Kidul menargetkan pengoperasian Terminal baru Dhaksinarga tipe A seluas lima hektare (ha) di Desa Selang, Kecamatan Wonosari kabupaten setempat pada 2012.

Pembangunan terminal baru itu, kata dia diperkirakan menghabiskan anggaran sebesar Rp45 miliar bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY, dan APBD Kabupaten Gunung Kidul. (Ant/Yan)

Rabu, 14 September 2011

Senin, 12 September 2011

Ilmuwan Ketahui Usia Nenek Moyang Tertua Manusi

WASHINGTON (KRjogja.com) - Para ilmuwan akhirnya mampu memprediksi usia fosil dari nenek moyeng tertua manusia, yang ditemukan di akhir tahun lalu di Afrika Selatan.

Para ilmuwan mengkonfirmasi bahwa usia dari nenek moyang langsung yang tertua mungkin adalah 1,98 juta tahun yang lalu. Hal ini mereka umumkan setelah berhasil meneliti fosil awal manusia, yakni Australopithecus Sediba, di Afrika Selatan, tahun lalu.

Serangkaian penelitian yang yang dilakukan di batuan sedimen di Malapa Cave, Afika Selatan, telah berhasil mengetahui usia dari fosil tersebut. Demikian seperti yang dikutip dari New Kerala, Sabtu (10/9/2011).

"Mengetahui usia mereka sangat penting untuk menempatkan mereka dalam pohon keluarga manusia, dan usianya pun cukup menjelaskan bahwa Australopithecus merupakan kandidat terbaik kami sebagai nenek moyang tertua manusia," ujar Dr Robyn Pickering dari University of Melbourne's School of Earth Sciences, pimpinan dari penelitian tersebut.

"Hasil dari penelitian ini dapat juga menghadirkan informasi waktu yang berharga dari semua fosil nenek moyang manusia sebelumnya," tambahnya.

Temuan ini dipublikasikan dalam edisi khusus jurnal sains internasional Science. (Okz/Git

Minggu, 11 September 2011